Sekilas Profil Daerahku “Simeulue Ate Fulawan”
Kabupaten simeulue merupakan salah satu kabupaten termuda di Provinsi Aceh, hasil perjuangan secara estafet dan berkelanjutan sejak 1957 melalui kongres rakyat Simeulue di Luan Balu. Sebelum 1965, daerah ini adalah salah satu kewadenan dan bagian dari Kabupaten Aceh Barat. Sejak 1967, Simeulue berstatus sebagai wilayah pembantu Bupati dan selanjutnya dengan PP No. 53 tahun 1996 menjadi Kabupaten Administratif, dan kemudian pada 12 Oktober 1999 diresmikan menjadi Kabupaten Otonom berdasarkan UU No. 48 tahun 1999 bersamaan dengan Kabupaten Bireun. Ibu kota Kabupaten Simeulue Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Sinafang yang artinya senapan atau senjata api, di mana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda.
Secara geografis, daerah kepulauan ini terletak pada posisi antara 2,15 derajat – 2,55 derajat lintang utara dan 95,40 derajat – 96,30 derajat bujur timur, berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah utara, selatan dan barat serta Kabupaten Aceh Barat di sebelah Timur. Wilayahnya yang seluas 203. 148,63 hektar, secara administratif terbagi menjadi 8 kecamatan, 11 mukim yang mencakup 138 desa,kecamatan itu iyalah:
* Simeulue Timur
* Teupah Barat
* Teupah Selatan
* Simeulue Tengah
* Teluk Dalam
* Salang
* Alafan
* Simeulue Barat
* Simeulue Timur
* Teupah Barat
* Teupah Selatan
* Simeulue Tengah
* Teluk Dalam
* Salang
* Alafan
* Simeulue Barat
Secara tofografis, wilayah kabupaten simeulue merupakan daerah datar, berombak, bergelombang, berbukit dan bergunung/curam, dengan ketinggian antara 0-600 meter di atas permukaan laut. Iklimnya termasuk tropis dengan curah hujan   rata- rata 2.824 mm pertahun yang merata di setiap pulau. Keadaan geologis tanahnya bukan pulau-pulau vulkanik dengan jenis tanah dominan memiliki tingkat kesamaan tinggi, yaitu pedsorit merah kuning, pedsorit merah coklat, alluvial, arganosol dan batu kapur. Penggunaan lahannya di dominasi oleh hutan, disusul perkebunan rakyat dan sawah.
Legenda Dan Petuah Nenek Moyang Masyarakat Simeulue
Pada 1907, terjadi bencana linon (gempa bumi) cukup dahsyat di kepulauan Simeulue yang disertai dengan smong (tsunami). Simong terjadi disertai adanya surutnya air laut hingga 15 – 30 meter setelah terjadinya gempa, lalu naik secara tiba-tiba dengan kecepatan tinggi menghantam sampai jauh ke daratan. Pada saat air surut, banyak penduduk yang turun ke laut untuk mengambil ikan-ikan yang tergelepar. Mereka sangat bergembira mendapatkan banyak ikan sehingga tidak menyadari bahwa smong datang secara tiba-tiba dan menyapu mereka hingga tewas. Cerita ini secara turun temurun di sampaikan kembali oleh masyarakat Simeulue dari generasi ke generasi sehingga menjadi legenda yang wajib dipercayai oleh anak keturunannya dan menjadi kearifan lokal.Legenda tersebut terbukti menjadi kenyataan saat tsunami besar menenggelamkan sekitar 80 ribu warga Aceh akibat gempa hebat berkekuatan 9 skala richter yang mengguncang Aceh khususnya simeulue dan sekitarnya pada 26 Desember 2004. Petuah yang diwariskan adalah bila terjadi linon (gempa bumi) dengan kekuatan besar dan disertai surutnya air laut, maka segeralah berteriak : Smong, smong, smong dan berlari ke tempat yang lebih tinggi di perbukitan atau pegunungan. Selain itu, tanda-tanda alam lain yang juga mengawali bencana adalah bahwa kerbau-kerbau berkumpul di pantai dan bergerak ke arah pegunungan sehari sebelum bencana terjadi.
Penduduk
kawasan ini juga berprofil seperti orang Cina, dengan kulit kuning dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan.
Terdapat tiga bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni bahasa Devayan, bahasa Sigulai, dan bahasa Leukon. Bahasa Devayan umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam. Bahasa Sigulai umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang. Sedangkan bahasa Leukon digunakan khususnya oleh penduduk Desa Langi dan Lafakha di Kecamatan Alafan. Selain itu digunakan juga bahasa pengantar (lingua franca) yang digunakan sebagai bahasa perantara sesama masyarakat yang berlainan bahasa di Simeulue yaitu bahasa Jamu atau Jamee (tamu), awalnya dibawa oleh para perantau niaga dari Minangkabau dan Mandailing.
Terdapat tiga bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni bahasa Devayan, bahasa Sigulai, dan bahasa Leukon. Bahasa Devayan umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam. Bahasa Sigulai umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang. Sedangkan bahasa Leukon digunakan khususnya oleh penduduk Desa Langi dan Lafakha di Kecamatan Alafan. Selain itu digunakan juga bahasa pengantar (lingua franca) yang digunakan sebagai bahasa perantara sesama masyarakat yang berlainan bahasa di Simeulue yaitu bahasa Jamu atau Jamee (tamu), awalnya dibawa oleh para perantau niaga dari Minangkabau dan Mandailing.
Makanan khas
Mangkuk besar itu berisi kuah putih bercampur beras ketan, pisang, santan, dan gula. Aroma wangi mengepul. Sepintas terlihat seperti kolak. Ini kuliner khas Simeulue yang kerap disajikan sebagai penganan khas Puasa. “Memek”, begitulah nama makanan ini.
Masakan ini biasanya disajikan dalam setiap acara dan termasuk menu yang di sukai ketika berbuka puasa.Menu makanan memek merupakan jenis makanan yang sangat khas dan diwariskan secara turun-temurun, Sejak nenek moyang dulu.Memang sekilas nama makanan ini agak negativ ,tapi bagi masyrakat simeulue tidak perlu malu dengan sebutan nama makanan itu.Karena memang sudah baku dalam bahasa Simeulue.
Makanan ini diramu dari berbagai jenis bahan yang mudah ditemukan, yakni dari beras ketan, pisang, santan, gula, garam, serta air bersih secukupnya.
Beras ketan disangrai dalam belanga hingga matang, lalu dimasukkan ke dalam baskom, dan diaduk dengan pisang. Selanjutnya ke dalam baskom tadi dimasukkan santan.
Beras ketan disangrai dalam belanga hingga matang, lalu dimasukkan ke dalam baskom, dan diaduk dengan pisang. Selanjutnya ke dalam baskom tadi dimasukkan santan.
Untuk menambah rasa manis, tergantung selera lidah, bisa ditambah gula dan garam secukupnya, kemudian memek siap disajikan.
"Karena beras itu dikunyah keras dengan waktu yang lama, maka disebut memek,"
"Karena beras itu dikunyah keras dengan waktu yang lama, maka disebut memek,"
Kelebihan kuliner memek ini memiliki nutrisi dan khasiat untuk menurunkan suhu panas tubuh,Makanya sering menjadi menu spesial berbuka puasa.
Tidak hanya memek,akan tetapi masi banyak makanan khas simeulue yang mengungga selera diantaranya iyalah bolono itutung, gulai ulun tafe, gulai asam pedas ikan karang, sambam ikan minyak, gulai ikan marang. Sedangkan jenis makanan, sebagai pengganti dari bahan sagu, seperti masakan sanggal batoux, martabak tabbaha dan tabbaha longon dll.
Komoditas Utama Masyarakat Simeulue
Kabupaten ini terkenal dengan hasil cengkehnya. Hasil perkebunan rakyat lainnya di antaranya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur di sepanjang pantai Pulau Simeulue, selain itu ada perkebunan kelapa sawit milik Pemerintah Daerah bernama Perusahaan Daerah Kelapa Sawit (PDKS) yang terdapat di Kecamatan Teluk Dalam dan Teupah Selatan.Sedangkan hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di Cirebon, Jawa Barat adalah rotan.
Minyak bumi
Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Riset Geologi dan Kelautan Jerman (BGR) menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar di perairan timur laut Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Prediksi sementara jumlah kandungan minyak yang ada sekitar 107,5-320,79 miliar barel. "Temuan ini hasil riset kami dengan Kapal Riset Sonne, yang tujuan awalnya untuk mengetahui detil deformasi struktur geologi di daerah busur muka (fore arc) pasca tsunami 26 Desember 2004," kata Dr Yusuf Surachman, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, di Jakarta, Senin (11/2) seperti dikutip Antara. Dibandingkan dengan cadangan minyak bumi milik Arab Saudi yang volumenya mencapai 264,21 miliar barrel. Temuan itu, menurut Yusuf, sangat signifikan. Sedangkan nilai volume di perairan timur laut Pulau Simeulue itu dihitung minimal 17,1 x 109 m³ dan maksimal volume total 51 x 109 m³. "Perkiraan volume berdasar volume reservoir yang dihitung atas dasar sejumlah asumsi, yakni seismik dua dimensi, karbonat build-up berbentuk melingkar, faktor pengali elongasi antara 0,5-1,5 dan porositas 30 persen," ujarnya.
Jalur Akses Menuju Simeulue
Untuk mencapai Simeulue, dapat ditempuh melalui jalur udara menggunakan pesawat terbang dari Jakarta – Medan dengan jarak tempuh sekitar 2 jam dan biaya tiket seharga Rp 600.000 – Rp 1.000.000 atau jalur Surabaya-medan biaya tiket seharga Rp 750.000-Rp 1.600.000 dengan jarak tempuh ±4 jam. Kemudian dilanjutkan terbang dari Medan menuju Kota Sinabang (Ibu Kota Kabupaten Simeulue), tiket seharga Rp 500.000 – Rp 750.000. Waktu tempuh dengan pesawat antara antara Medan-Simeulue saat cuaca cerah 1 jam 10 menit. Jarak tempuh alternatif dapat menggunakan jalur darat dan laut ditempuh dengan menggunakan kapal feri, melewati Labuhan Haji dengan jarak tempuh sekitar 12 jam dari Medan, melewati Singkil dengan jarak tempuh 8 jam dari Medan dan kemudian dilanjutkan dengan penyeberangan laut menggunakan kapal Feri PT. ASDP menuju simeulue.
0 komentar :
Posting Komentar