Filsafat Ilmu; Mengurangi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan





RESENSI BUKU
Oleh: Teuku Umar Johan | Ekonomi Syariah UMM'13 | 201310510311020
  Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Judul buku          :  Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi   
  Pengetahuan
Penulis                :  Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Penerbit              :  PT Remaja Rosdakarya – Bandung
Tahun Terbit       : 2015
Cetakan              : VIII
Ukuran  buku     :  22 cm x16 cm
Jumlah halaman : 247 halaman

Prof. Dr. Ahmad Tafsir merupakan guru besar fakultas tarbiyah Bandung. Dalam hal karya tulis beliau lebih menyukai tulisan bertema pendidikan dan filsafat. Lahir di Bengkulu tahun 1942. Bermula dari ketertarikannya dengan agama, dari Sekolah Rakyat kemudian melanjutkan PGA (pendidikan guru agama di Fakultas Tarbiyah IAIN Yogyakarta. Selanjutnya, beliau mengambil S2 dan pada tahun 1987 sudah mendapatkan gelar doktornya.
selain kara tulisnya mengenai buku-buku filsafat seperti Filsafat Ilmu: Menuju Pengetahuan Mistik, filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, salah satu bukunya yang menarik dan sangat lugas tentang makna pengetahuan  adalah buku Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi pengetahuan. Buku fenomenal yang sudah cetak ulang delapan kali ini memberikan pandangan luas mengenai makna pengetahuan. Pembaca dapat membedakan Ilmu dan pengetahuan, dan menguak pengetahuan dengan menggunakan ukuran isi Al-Qur’an sehingga membentuk kapling pengetahuan yang dijabarkan secara sederhana oleh penulis.
Seseorang memang dibebaskan dalam berpendapat, pendapat itulah hasil dari pikiran. Tetapi masyarakat awam berpikir tidak secara mendalam dan hanya sebatas sepengetahuan mereka, bahkan mereka tidak benar-benar menegaskan perbedaan jenis-jenis pengetahuan, atau bisa dikatakan mereka tidak mengetahui dengan jelas apa itu pengetahuan. Lalu apa sih pengetahuan? Apakah pengetahuan sama dengan ilmu? Dan apa saja jenis-jenis pengetahuan? Dalam buku karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir ini menjelaskan definisi pengetahuan dan jenis-jenisnya. Lebih menariknya lagi, buku ini memuat uraian mengenai perbedaan makna logis dan rasional. Dua kata yang acap kali mempunyai kemiripan makna, namun penulis membedakannya. Penulis juga membagi pengetahuan manusia pada tiga kapling yaitu pengetahuan Sain, pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistik. Penulis menjelaskan setiap kapling tersebut dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi beserta contoh-contoh yang dapat diterima oleh akal manusia.
Dalam buku ini terbagi menjadi empat bab, yakni: bab 1 pendahuluan, bab 2 pengetahuan sain, bab 3 pengetahuan filsafat, dan bab 4 pengetahuan mistik. Pendahuluan membahas tentang apa saja yang dikaji dalam filsafat, apa itu pengetahuan dan apa itu ilmu, yaitu ilmu dalam bahasa Arab berasal dari kata “al-a’lim” berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan kata ilmu dalam bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Ilmu dalam science itu hanya sebagian dari al-a’lim dalam bahasa Arab.
Lalu apa itu pengetahuan? Pengetahuan ialah semua yang diketahui. Menurut Al-Qur’an, tatkala manusia dalam perut ibunya, ia tidak tahu apa-apa. Tatkala ia baru lahir pun barangkali ia juga belum tahu apa-apa. Kalaupun bayi baru lahir itu menangis, barangkali karena kaget saja, mungkin matanya merasakan silau, atau badannya merasakan dingin, lantas ia menangis. Tatkala bayi itu menjadi orang dewasa, katakanlah ketika ia telah berumur 40 tahunan, pengetahuannya sudah banyak sekali. Semakin bertambah umur manusia maka semakin banyak pengetahuan yang mereka dapat. Intinya pengetahuan ialah semua yang diketahui manusia. Sebenarnya pengetahuan sain tidaklah sesederhana itu. Pengetahuan sain harus berdasarkan logika (dalam arti rasional). Pengetahuan sain ialah pengetahuan yang rasional dan didukung bukti empiris. Dalam bentuknya yang sudah baku, pengetahuan sain itu memiliki paradigma dan metode. Paradigmanya disebut paradigma sain dan metodenya disebut metode ilmiah. Maka formula utama dalam pengetahuan sain ialah membuktikan bahwa itu rasional dan menunjukkan buktinya yang empiris.
Lalu apa itu pengetahuan filsafat? Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang hanya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Bila rasional, benar, bila tidak, salah. Kebenarannya tidak pernah dapat dibuktikan secara empiris. Bila ia rasional dan empiris, maka ia berubah menjadi pengetahuan sain. Objek penelitiannya adalah objek-objek yang abstrak, karena objeknya abstrak, maka temuannya juga abstrak, dan paradigmanya adalah paradigma rasional.
Adapun pengetahuan mistik, yaitu pengetahuan yang beliau sebut metode latihan dan metode keyakinan (yakin), berparadigma mistik, dan kebenarannya pada umumnya tidak dapat dibuktikan secara empiris dan selalu tidak terjangkau pembuktiannya secara rasional. Ontologi sain membicarakan hakikat dan struktur sain, struktur sain dalam buku beliau dibagi menjadi dua, yaitu sain kealaman dan sain sosial, namun ternyata beliau menambahkan sain humaniora agar tampak lengkap. Kemudian epistemologi sain dalam buku ini menguraikan objek pengetahuan sain, cara memperolehnya dan cara mengukur kebenarannya. Objek pengetahuannya ialah semua objek yang empiris dan cara memperolehnya dengan cara rasionalisme, empirisme, positivisme, metode ilmiah, dan metode riset, kemudian cara mengukur kebenaran dengan membuktikannya. Aksiologi sain meliputi kegunaan sain, cara sain menyelesaikan masalah, dan netralitas sain. Sekurang-kurangnya ada tiga kegunaan teori sain: sebagai alat membuat eksplansi, sebagai alat peramal, dan alat pengontrol. Lalu apa itu ontologi filsafat, ontologi filsafat dalam buku ini membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat sesungguhnya. Kemudian ada pula struktur filsafat dan filsafat terdiri atas tiga cabang besar yaitu ontologi, membicarakan hakikat (segala sesuatu); ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu. Epistemologi yaitu membicarakan cara memperoleh pengetahuan itu, dan aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu. Ontologi mencakup banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk di sini, misalnya logika, metafisika, kosmologi, teologi, antropologi, etika, estetika, filsafat pendidikan, filsafat hukum, dll. Kegunaan pengetahuan filsafat, untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahan masalah, ketiga filsafat sebagai pandangan hidup.
Kemudian pada bab terakhir dalam buku ini membahas tentang pengetahuan mistik. Ontologi pengetahuan mistik yaitu hakikat pengetahuan itu, yaitu pengetahuan yang tidak rasional, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang supra-rasional tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris. Epistemologi pengetahuan mistik yaitu objek yang abstrak supra-rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin, dll. Aksiologi (kegunaannya) secara kasar digunakan untuk memperkuat keimanan, mistik-magis-putih digunakan untuk kebaikan, sedangkan yang hitam digunakan untuk kejahatan. Beliau juga menuliskan beberapa contoh pengetahuan mistik yaitu mukasyafah, ilmu laduni, ilmu saefi, jangjawokan, sihir, ilmu kebal, santet, pelet, debus, ilmu tentang jin, nyambat, ilmu kanuragan. Dengan demikian kita dapat mengetahui apa saja yang termasuk pengetahuan mistik.

 Dari penjelasan di atas, untuk lebih  muda memahami ke tiga pengetahuan tersebut dapat di lihat matriks berikut ini:
Pengetahuan
Objek
Paradigma
Metode
Kriteria
SAIN
Empiris
Sain
Metode Ilmiah
Rasional-Empiris
FILSAFAT
Abstrak Rasional
Rasional
Metode rasional
Rasional
MISTIK
Abstrak-Supra-Rasional
Mistik
Latihan, Percaya
Rasa, Iman, Logis, Kadang empiris

 Buku ini sederhana sekali dan topik bahasannya hanya sedikit dan telah diusahakan menggunakan bahasa yang efisien. Judul buku ini adalah “Filsafat Ilmu”, padahal yang dimaksud ialah filsafat pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan istilah filsafat ilmu jauh lebih dikenal ketimbang filsafat pengetahuan.
Dari setiap keunikan dan kelebihan sebuah buku, pasti ada kekurangannya, jelasnya tidak ada gading yang tidak retak.  Sampul yang kurang menarik dan jilidan buku yang kurang kuat membuat pembaca perlu berhati-hati dalam membuka tiap lembaran-lembarannya. Penulis juga sering menggunakan kata dus, yang untuk sebagian pembaca tidak mengetahui maksud makna kata tersebut. Namun, secara umum, dengan berbagai revisi yang sudah dilakukan penulis, buku ini sangat membantu dalam memahami pengetahuan.


0 komentar :